Deklarasi damai ini untuk menghindari insiden berdarah terjadi di Bogor.
VIVAnews – Pemerintah Kabupaten Bogor, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, bersama dengan jemaat Ahmadiyah, akan melakukan deklarasi damai bersama untuk menghindari insiden berdarah di Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten, agar tidak berdampak.
"Rencananya Jumat 10 Februari 2011 besok, kita akan
melakukan deklarasi bersama di Pemkab Bogor," ungkap Kepala Seksi Kesatuan Bangsa (Kesbang) Kabupaten Bogor, Iyud Bachruddin, kepada VIVAnews.com, Kamis 10 Februari 2011.
Deklarasi damai antara MUI, jemaat Ahmadiyah dan Pemkab Bogor, juga akan dihadiri tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat (ormas) yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor.
"Jadi deklarasi damai bersama ini sebagai bukti, tidak boleh ada tindakan anarkis," paparnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Bogor, Yosef Hermawan, mengatakan, deklarasi damai bersama memang tidak bisa menjamin ada pergolakan di masyarakat. "Tapi yang paling terpenting adalah kesadaran hati seseorang kepada orang lain," tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengintruksikan kepada aparat penegak hukum untuk tidak segan-segan membubarkan organisasi masyarakat yang melanggar hukum.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan tokoh agama yang disegani, Syafi'i Ma'arif, mempertanyakan kinerja Polri. Kepolisian merupakan lembaga yang ikut mendapat banyak sorotan terhadap kejadian di Cekeuting, Banten, dan Temanggung, Jawa Tengah.
Terkait hal itu, polisi akan menyelidiki massa, yang salain terlihat membawa senjata tajam berupa golok, pedang, dan tombak, juga memakai identitas tertentu ketika menyerang rumah tempat berkumpul jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten.
Identitas itu berupa pita biru yang disematkan di baju atau dilingkarkan di bagian tubuh lainnya. Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Anton Bahrul Alam memastikan untuk mengungkap hal itu. (adi)
0 comments:
Post a Comment