Medan,Ketua Golkar di Usir Kader
MEDAN-Kepemimpinan Andi Achmad Dara sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sumut mulai diuji. Hari pertama berkantor di Gedung Partai Golkar Sumut di Jalan KH Wahid Hasyim dan berkoordinasi dengan pengurus DPD Golkar lain, Jumat (29/4), Andi Achmad Dara didemo puluhan pria pendukung Syamsul Arifin.
Massa pendukung Syamsul itu juga menuding Adey sebagai pengacau situasi kondusif Partai Golkar di Sumut. “Jangan kau obok-obok Golkar di Sumatera Utara ini,” teriak para pengunjuk rasa.
Massa menuangkan kemarahanya dan meminta agar Adey kembali ke Jakarta. “Hai kau orang Jakarta, jangan kau kacaukan Golkar Sumut ini. Hidup Syamsul…,” teriak para pengunjuk rasa lagi.
Situasi sempat tegang disaat para pengunjuk rasa membakar atribut partainya dan mengancam membakar kaos berlambang pohon beringin itu jika Adey tidak menemui mereka. “Kami minta kepada ketua agar datang kemari menemui kami… Jika tidak, kami akan membakar atribut ini serta membakar kaos yang kami gunakan ini. Cepat ketua, segera temui massa aksi,” teriak para pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa bahkan nekat menerobos penjagaan ratusan personel polisi untuk masuk ke gedung bercat kuning itu. Pendemo nyaris bentrok dengan aparat keamanan dari Polresta Medan dan Polsekta Medan Baru untuk mengantisipasi aksi anarkis massa. Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga juga datang sebentar memantau kondisi di lokasi.
Massa yang sejak pukul 15.00 WIB berada di pelataran kantor Golkar itu, akhirnya diterima langsung Plt DPD Golkar Sumut. Setelah pertemuan tertutup dengan Adey para delegasi itu keluar tanpa sepatah kata pun, membisu.
Plt Partai Golkar itu Andi yang dikabarkan akan memberikan keterangan kepada sejumlah wartawan yang sejak lama ditunggu, malah buru-buru memasuki mobilnya tanpa berkomentar apapun, “Awas, bapak mau lewat…. Itu Pak langsung ke mobil saja,” ujar ajudanya sembari membuka pintu mobilnya BP 118 N warna hitam.
Sebelumnya, Adey menjanjikan tidak akan merancang pelaksanaan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) untuk merombak susunan kepengurusan, termasuk memilih ketua Golkar Sumut defenitif.
“Musdalub atau apa pun namannya, tidak ada itu. Saya tidak bertugas untuk mengantarkan Musdalub. Saya hanya membantu memenej organisasi partai kita di Sumut,” ujar Andi Achmad Dara saat dihubungi Sumut Pos, kemarin (28/4).
Politisi asal Sumatera Selatan itu menjelaskan, langkah yang akan segera dilakukan sebagai Plt ketua Golkar Sumut, dirinya akan secepatnya melakukan konsolidasi. Langkah ini dianggapnya penting mengingat persiapan menghadapi pemilu 2014 harus dilakukan sejak sekarang.
“Targetnya menambah kekuatan Golkar di Sumut, minimal mempertahankan yang sudah diraih dalam pemilu 2009. Tidak ada pemikiran aneh-aneh seperti Musdalub. Semua untuk kepentingan partai,” terang koordinator pemenangan pemilu wilayah Sumatera DPP Golkar itu.
Kader Lompat Partai
Sejak Syamsul Arifin dilengserkan dari posisi Ketua DPD 1 Golkar Sumut, berbagai isu bermunculan. Mulai dari perpecahan di internal partai hingga aksi loncat partai yang dilakukan para kader.
Isu yang santer terdengar, banyak kader partai beringin yang mengincar Partai Demokrat untuk tempat berlabuh. Sementara itu, Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) yang baru saja resmi mendaftar sebagai parpol peserta Pemilu 2914, menjadi salah satu pilihan berpindah haluan.
Kendati demikian, anggota Fraksi Golkar DPRD Sumut Isma Fadly Ardhya Pulungan enggan berkomentar. “Saya tidak tahu ada isu itu,” katanya mengelak. Nah, apakah hal ini pertanda Golkar Sumut pecah? pria yang duduk sebagai Sekretaris Komisi A DPRD Sumut ini tak mau enggan menjawabnya.
Wakil Sekretaris DPD 1 Golkar Sumut Sabar Syamsurya Sitepu juga membantah ada perpecahan di tubuh Golkar Sumut dan kemungkinan kader lompat partai. “Masih solid, yang suka pindah-pindah partai itu kutu lomcat namanya. Di Golkar tidak ada,” tegasnya.
Analis politik asal Universitas Sumatera Utara (USU), Ridwan Rangkuti, behkan melihat keinginan kader Golkar untuk pindah ke partai lain merupakan sebuah yang merugikan. Merugikan misalnya, kalau lompat ke Demokrat, dipastikan tidak akan ada jabatan yang akan dipegang.
Karena, Demokrat telah melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda). Sementara, untuk Nasional Demokrat (Nasdem) belum tentu akan menjadi Parpol. Karena sampai saat ini masih dalam proses verifikasi. Dan dari proses tersebut belum tentu juga, Nasdem akan menjadi Parpol.
“Sebelum Syamsul Arifin diberhentikan sementara, memang sudah banyak yang berpindah. Namun, kalau kader pindah karena Syamsul Arifin diberhentikan, apakah itu menguntungkan? Kalau ke Demokrat, (posisi) sudah penuh, sementara Nasdem saat ini masih dalam pencarian konsep,” jelasnya.
Ridwan Rangkuti melihat tak ada pengaruh signifikan pelengseran Syamsul dari posisi Ketua DPD Golkar dengan hasil pilgubsu 2013 mendatan dan pada Pemilu 2014.
“Golkar adalah partai yang matang pengalaman, pergantian pimpinan tidak akan memberikan perubahan atau pengaruh yang terlalu besar. Mengenai suara, Golkar punya Tri Sukses yakni, Sukses Pemilu 2014, Pilkada 2013, dan Sukses pengkaderan. Dan ini tidak dimiliki yang lainnya, termasuk Nasdem,” terangnya.
0 comments:
Post a Comment