Ini untuk menghentikan kekerasan. Bagaimana pendapat Ahmadiyah?
VIVAnews - Kekerasan terhadap warga Ahmadiyah terus terjadi di Indonesia. Puncaknya Minggu 6 Februari 2011, massa menyerang lokasi berkumpul Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Empat orang tewas mengenaskan dalam insiden itu.
Belum ada solusi untuk menghentikan eskalasi kekerasan. Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional, Muladi, mengusulkan Ahmadiyah dijadikan agama tersendiri saja.
"Itu solusinya, kalau tidak itu akan terus terulang karena ada yang menganggap Ahmadiyah menyimpang, di sisi lain dia masih dalam Islam," kata Muladi, kemarin.
Muladi mengambil contoh Pakistan. Sejak 1974, negeri itu resmi menyatakan pemeluk Ahmadiyah adalah non muslim. Namun, faktanya praktik kekerasan terus terjadi. Pada 28 Mei 2010, 36 tahun setelah aturan itu ditegakkan, dua masjid Ahmadiyah di Lahore diserang. Sebanyak 98 orang tewas.
Ketua Komisi VIII DPR yang membidangi keagamaan, Abdul Kadir Karding, juga berpendapat senada. Ada dua opsi lain guna menyelesaikan kisruh Ahmadiyah: menjadi kelompok minoritas yang dilindungi negara atau melebur ke dalam Islam dengan memenuhi segala syariat Islam.
Sementara, Majelis Ulama Indonesia juga tetap menganggap Ahmadiyah menyimpang. Sedikitnya ada dua alasan mengapa Ahmadiyah dinilai sesat. Pertama, jemaah ini mengakui nabi lain sesudah Nabi Muhammad. Kedua, Ahmadiyah pun punya kitab suci selain Al Qu'ran.
Bagaimana pendapat warga Ahmadiyah?
"Kami tak punya wewenang, agama datang dari Allah, kami tidak berani bikin agama baru," kata Mubalig Ahmadiyah wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan NTT, Nasiruddin Ahmadi, kepada VIVAnews.com Selasa malam.
"Seandainya bikin agama baru, agama apa? Kami sudah beragama Islam, agama yang kami pilih, yang kami anggap benar," tambah dia.
Nasiruddin mengatakan, memang ada sedikit perbedaan antara Ahmadiyah dan Islam pada umumnya.
"Kalau Islam pada umumnya belum percaya Imam Mahdi datang, kami sudah," kata dia. Imam Mahdi yang dimaksud adalah pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad.
Kata dia, hanya itu letak perbedaannya. "Bahwa diisukan kami punya syahadat lain, kitab lain, tidak mengakui Nabi Muhammad SAW, tidak seperti itu."
"Bahkan jika mereka datang ke Transito (tempat tinggal sementara warga Ahmadiyah Lombok), kami siap disumpah dengan menyebut asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah."
Secara terpisah, pengacara Ahmadiyah, Nurkholis Hidayat mengatakan agar pemerintah tidak mencampuri keyakinan individu.
"Tak bisa pemerintah memaksa Ahmadiyah jadi agama sendiri, apalagi melakukan pembatasan."
0 comments:
Post a Comment